
Tuesday, July 29, 2003

- Saling Setia. Kesetiaan merupakan fondasi dasar dari suatu hubungan. Dengan kesetiaan maka tiada kata penghianatan, setia hingga akhir nanti. Tak pernah berhenti hingga ujung waktu. Dari dunia hingga ke akhirat nanti...
- Saling Mengerti. Pengertian akan menghindari kesalahpahaman, saling mengerti kekurangan dan kelebihan masing-masing sehingga bisa saling melengkapi, mengerti situasi dan keadaan masing-masing. Pengertian juga menumbuhkan saling menghargai, saling menghormati, saling mengerti kebutuhan, keinginan, sifat pasangannya. Saling mengerti di saat menangis maupun tertawa. Saling mengerti bahwa hidup adalah perjuangan, sehingga dapat mengarungi hidup bersama dengan ikhlas dan rasa syukur.
- Saling Percaya. Kepercayaan merupakan hal terpenting. Dengan kepercayaan maka semuanya akan berjalan dengan aman dan damai. Saling mempercayai isi hati, ucapan, dan tindakan sehingga tidak pernah ada kata curiga.
- Saling Jujur. Jujur adalah mata uang yang berlaku dimana-mana. Saling jujur menghindari kebohongan, kepura-puraan. Dan yang paling utama adalah saling jujur terhadap diri sendiri.
- Saling Berhubungan. Berhubungan itu sangat perlu, minimal lewat kata-kata, ucapan salam (karena salam adalah doa). Kalau jarak berjauhan bisa berhubungan dengan surat yang dikirim dengan burung merpati, lewat kurir, atau sekarang sudah lebih canggih menggunakan internet (email, chatting), telepon, SMS, dsb. Jangan sampai pernah terputus. Khusus untuk yang sudah menikah, jangan sampai terputus hubungan intim.
- Saling Searah. Mempunyai tujuan yang sama, saling mengingatkan. Karena satu perahu lain tujuan pulau mana bisa? Atau mendaki ke puncak tapi lain gunung tidak akan pernah bertemu.
- Saling Terbuka. Saling mau mendengarkan, menerima pendapat, kritik membangun, transparan, tidak ada yang ditutup-tutupi.. sehingga semuanya jelas..clearrr...
Dengan delapan saling ini mudah-mudahan cinta kita semakin kuat... jangan pernah berhenti mencintai ya... :)
Author: Vefe
posted by Fe' at 2:45:00 PM,
Wednesday, July 16, 2003

1. Meninggalkan sejenak beban rutinitas kita. Seperti dikisahkan berikut ini: Pada saat memberikan kuliah tentang Manajemen Stress, Steven Covey mengangkat segelas air dan bertanya kepada para siswanya: "Seberapa berat menurut anda kira segelas air ini?" Para siswa menjawab mulai dari 200 gr sampai 500 gr. "Ini bukanlah masalah berat absolutnya, tapi tergantung berapa lama anda memegangnya." kata Covey. "Jika saya memegangnya selama 1 menit, tidak ada masalah. Jika saya memegangnya selama 1 jam, lengan kanan saya akan sakit. Dan jika saya memegangnya selama 1 hari penuh, mungkin anda harus memanggilkan ambulans untuk saya. Beratnya sebenarnya sama, tapi semakin lama saya memegangnya, maka bebannya akan semakin berat. Jika kita membawa beban kita terus menerus, lambat laun kita tidak akan mampu membawanya lagi. Beban itu akan meningkat beratnya." lanjut Covey. "Apa yang harus kita lakukan adalah meletakkan gelas tersebut, istirahat sejenak sebelum mengangkatnya lagi. Jadi sebelum pulang ke rumah dari pekerjaan sore ini, tinggalkan beban pekerjaan. Jangan bawa pulang. Beban itu dapat diambil lagi besok. Apapun beban yang ada di pundak anda hari ini, coba tinggalkan sejenak jika bisa. Setelah beristirahat nanti dapat diambil lagi......
2. Melakukan kegitan-kegitan yang mengurangi stress. Seperti:(a) Mendekatkan diri kepada-Nya, seperti sholat malam, membaca Al Qur'an dsb. (b). berolah raga (seperti jalan-jalan yang murah-meriah, apalagi selama perjalanan menemukan hal2 yang menarik), (c). Menghubungi teman/cintamu (curhat kali ya...apalagi bisa mendapat dukungan teman dsb), (d). Bekerja di rumah, seperti menyapu, mengepel, memasak, berkebun, mendampingi adik/anak mengerjakan PR. Lebih asyik klo dikerjakan berdua :-) (e) Mengurangi kafein untuk mengurangi detak jantung/tekanan darah lebih tinggi, (f) Tertawa, dengan melihat hal2 yang lucu (g) Menangis/Teriak untuk menghilangkan 'sesak' di dada (h)Pijat untuk melancarkan peredaran darah dan lebih rileks.
3. Memahami Batas Kemampuan. Masih ingat rumus stress? Dalam ilmu Fisika, stress dirumuskan dalam P = F/A, dimana P adalah stress, F adalah Gaya (tarikan atau dorongan), dan A adalah luas penampang yang memiliki gaya tersebut. Jadi, dapat dianalogikan secara non fisik stress berbanding lurus dengan dorongan/keinginan/kemauan. Semakin besar keinginan... maka semakin stress. Dan berbanding terbalik dengan luasnya kemampuan kita dalam mencapai keinginan tersebut. Semakin besar kemampuan kita, maka semakin kecil stress. Keinginan gede kemampuan ga ada.. stress kan? :)
Hidup ini singkat, jadi cobalah menikmatinya dan memanfaatkannya...!! Hal terindah dan terbaik di dunia ini tak dapat dilihat, atau disentuh, tapi dapat dirasakan jauh di relung hati kita (seperti cinta).
Author: Vefe (dari berbagai sumber)
posted by Fe' at 11:45:00 AM,
Friday, July 11, 2003

The following three-word phrases can be tools to help develop every relationship.
1. Let me help.
Good friends see a need and then try to fill it. When they see a hurt they do what they can to heal it. Without being asked, they jump in and help it.
2. I understand you.
People become closer and enjoy each other more when the other person accepts and understands them. Letting your spouse know - in so many little ways - that you understand them, is one of the most powerful tools for healing your relationship. And this can apply to any relationship.
3. I respect you.
Respect is another way of showing love. Respect demonstrates that another person is a true equal. If you talk to your children as if they were adults you will strengthen the bonds and become closer friends. This applies to all interpersonal relationships.
4. I miss you.
Perhaps more marriages could be saved and strengthened if couples simply and sincerely said to each other "I miss you." This powerful affirmation tells partners they are wanted, needed, desired and loved. Consider how important you would feel, if you received an unexpected phone call from your spouse in the middle of your workday, just to say "I miss you."
5. Maybe you're right.
This phrase is very effective in diffusing an argument. The implication when you say "maybe you're right" is the humility of admitting, "maybe I'm wrong". Let's face it. When you have an argument with someone, all you normally do is solidify the other person's point of view. They, or you, will not likely change their position and you run the risk of seriously damaging the relationship between you. Saying "maybe you're right" can open the door to explore the subject more. You may then have the opportunity to express your view in a way that is understandable to the other person.
6. Please forgive me.
Many broken relationships could be restored and healed if people would admit their mistakes and ask for forgiveness. All of us are vulnerable to faults, foibles and failures. A man should never be ashamed to own up that he has been in the wrong, which is saying, in other words, that he is wiser today than he was yesterday.
7. I thank you.
Gratitude is an exquisite form of courtesy. People who enjoy the companionship of good, close friends are those who don't take daily courtesies for granted. They are quick to thank their friends for their many expressions of kindness. On the other hand, people whose circle of friends is severely constricted often do not have the attitude of gratitude.
8. Count on me.
A friend is one who walks in when others walk out. Loyalty is an essential ingredient for true friendship. It is the emotional glue that bonds people. Those that are rich in their relationships tend to be steady and true
friends. When troubles come, a good friend is there indicating "you can count on me."
9. I'll be there.
If you have ever had to call a friend in the middle of the night, to take a sick child to hospital, or when your car has broken down some miles from home, you will know how good it feels to hear the phrase "I'll be there."
Being there for another person is the greatest gift we can give. When we are truly present for other people, important things happen to them and us. We are renewed in love and friendship. We are restored emotionally and spiritually. Being there is at the very core of civility.
10. Go for it.
We are all unique individuals. Don't try to get your friends to conform to your ideals. Support them in pursuing their interests, no matter how far out they seem to you. God has given everyone dreams, dreams that are unique to that person only. Support and encourage your friends to follow their dreams. Tell them to "go for it."
11. I love you.
Perhaps the most important three words that you can say. Telling someone that you truly love them satisfies a person's deepest emotional needs. The need to belong, to feel appreciated and to be wanted. Your spouse, your children, your friends and you, all need to hear those three little words: "I love you." Love is a choice. You can love even when the feeling is gone.
12. God bless you.
If you are moslem, say Assalamu'alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh
Author: Unknown
posted by Fe' at 3:19:00 PM,
Tuesday, July 08, 2003

Atau mungkin seperti Arjuna yang mencari cinta? mendaki gunung tertinggi, menjelajahi isi bumi, mengarungi laut samudra. Atau seperti Ibrahim A.S yang mencari cinta? ketika malam datang terlihat bintang, "inikah yang aku cari?" Tapi ketika pagi tiba bintangpun menghilang "aku tak menyukai yang tenggelam". Begitu pun ketika melihat rembulan, melihat matahari yang lebih besar sinarnya, hingga akhirnya beliau menemukan cintanya... Yang menciptakan bintang, rembulan, matahari dan semuanya.
Gimana? Sudah menemukan cinta? mudah2an kita sudah menemukan sumber cinta dari segala cinta (Allah SWT), seperti nabiyullah Ibrahim A.S. karena insyaAllah dengan begitu kita akan menemukan cinta-cinta yang lain. Cinta kepada Rasulullah SAW yang sangat mencintaimu, kemudian cinta kepada Ibumu dan ayahmu yang dengan cinta membesarkanmu, cinta kepada suami/istrimu yang mendampingimu, kepada keluargamu, kepada tetanggamu, orang-orang yang lemah di antaramu, kerabatmu, dan seluruh mahluk-Nya....
Author: Vefe
posted by Fe' at 11:25:00 AM,
Tuesday, July 01, 2003

Cerita klimaksnya dalam bahasa saya kira-kira seperti ini. Kisah ini terjadi di akhir masa hidup beliau. Saat itu tanggal 12 rabiul awal tepat 63 tahun dari tanggal kelahiran beliau. Allah memerintahkan malaikat maut, Izroil, untuk menemui dan menyampaikan berita bahwa ia ditugasi mengambil ruh kekasih-Nya. Dengan syarat, itu juga kalau beliau berkenan.
Malakaikat Izroil menjalankan tugas menuju rumah rasulullah. Saat itu rasulullah sedang terbaring sakit, sakit yang kedua kali selama hidupnya. Diketuklah pintu dan diucapkannya salam. Fatimah Az Zahra binti Muhammad, putri bungsu Rasulullah, menjawab salam itu dan keluar menemui sang tamu (Malaikat Izroil). Fatimah menjelaskan bahwa ayahnya sedang sakit keras dan tidak dapat diganggu. Fatimah menyarankan untuk kembali lain kali. Izroil pun tidak berhasil menemui Rasulullah. Untuk kedua kalinya selang beberapa waktu Izroil kembali ke rumah Rasulullah dan kembali pula gagal karena Fatimah yang menemuinya menyarankan untuk kembali lain kali.
Kala ketiga, Izroil datang dengan ucapan salam yang keras sehingga terdengarlah oleh Rasulullah. Siapakah itu wahai anakku?" "Tak tahulah ayah, orang sepertinya baru sekali ini aku melihatnya," tutur Fatimah lembut. "Suruhlah ia masuk menemuiku, ia adalah malaikat yang memisahkan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia, dialah malaikatul maut". Fatimah pun menahan ledakan tangisnya, kemudian Izroil pun masuk menemui Rasulullah dan memberi kabar bahwa ia meminta izin Rasulullah untuk mengambil nyawa atas perintah Allah. Rasulullah bersedia diambil nyawanya dengan beberapa pertanyaan.
"Apa hakku nanti di hadapan Allah?" tanya Rasulullah. Izroil pun kembali ke atas arsy untuk menemui Allah guna memperoleh jawabannya. Setelah diberi jawaban, Izroil pun kembali kepada Rasulullah. Jawab Izroil: "Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti ruhmu. Semua syurga terbuka lebar menanti kedatanganmu".Ternyata hal itu tidak membuat Rasulullah lega, matanya masih penuh kecemasan. "Engkau tidak senang mendengar kabar ini?"
"Khabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?" Allah mengutus malaikat Jibril untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan Rasul